Candi Mendut terletak 3 km ke arah timur dari Candi Borobudur, merupakan candi Budha yang dibangun tahun 824 Masehi oleh Raja Indera dari wangsa Syailendra. Di dalam Candi Mendut terdapat 3 (tiga) patung besar.
1. Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma.
2. Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
Awalokiteswara merupakan patung amitabha yang berada di atas mahkotanya, Vajrapani. Ia sedang memegang bunga teratai merah yang diletakkan di atas telapak tangan.
3. Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan
Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya. Candi ini sering dipergunakan untuk merayakan upacara Waisak setiap Mei pada malam bulan purnama dan dikunjungi para peziarah dari Indonesia maupun manca negara.
Candi ini lebih tua dari Candi Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas tangganya. Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di atasnya.
Candi Mendut disebut juga candi bertuah, karena banyak pasutri yang belum dikaruniai anak memohon ke Dewi Kesuburan. Candi Mendut ini terletak di desa Mendut, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Yaitu terletak 2 KM tenggara ibu kota kabupaten Magelang, dan 3 KM ke arah timur dari Candi Borobudur, serta 1,5 KM ke arah utara dari Candi Pawon. Sehingga Candi Mendut berdekatan dengan Candi Pawon serta Candi Borobudur.
Menurut Maryono (50), salah satu karyawan Dinas Purbakala menceritakan bahwa bangunan Candi Mendut ditemukan pada tahun 1836 dalam keadaan tertimbun semak belukar. Yang dibangun pada abad ke-9 masehi oleh dinasti Syailendra. Pada umumnya candi-candi di Jawa bahkan di Indonesia pintu masuknya menghadap ke timur, tetapi uniknya pintu masuk pada Candi Mendut menghadap ke barat laut. Selain itu dibilik candi terdapat 3 arca dengan ukuran cukup besar, yang masing-masing terbuat dari bongkahan batu utuh, diantaranya yaitu :
1.CAKYAMUNI, yang menghadap ke barat dalam posisi duduk.
2.AWALOKITESWARA, yang menghadap ke selatan dan juga dalam posisi duduk.
Awalokiteswara merupakan Bodhi Satwa membantu umat manusia.
3.MAITREYA, yang menghadap ke utara dengan posisi duduk pula. Maitreya yaitu sebagai penyelamat manusia di masa depan.
Napak Tilas di Candi Mendut
Relief-relief yang terukir indah juga dapat ditemukan dibeberapa dinding Candi Mendut. Misal di sebelah kiri pintu masuk ke bilik candi terlihat relief Hariti. Tergambarkan Hariti sedang duduk sambil memangku anak, di sekelilingnya terdapat beberapa anak yang sedang bermain. Menurut cerita, HARITI awalnya adalah raksasa yang gemar makan manusia. Namun setelah bertemu Sang Budha ia bertobat dan berubah manjadi pelindung anak-anak. Bahkan dikenal dengan Dewi Kesuburan (Fertility Goddes). Karena Dewi Kesuburan itulah barangkali yang mendorong beberapa pasangan yang belum diberi momongan sering ziarah ke Candi Mendut.
Pak Maryono bercerita pernah menemui sepasang pasutri yang berasal dari Jakarta datang dan berdo’a di Candi Mendut, mereka sudah 5 tahun belum juga dikaruniai anak. Tidak berapa lama setelah berdo’a dibilik Candi Mendut tersebut mereka pun mengabarkan telah mendapatkan keturunan.
Ditambahkannya, orang Jepang pernah ada yang berdo’a mohon kesembuhan dari sakit lumpuhnya. Ketika benar-benar sembuh, pada tahun 1985 balik lagi ke Candi Mendut dan membangun prasasti berbahasa Jepang, diletakkan di luar pagar barat Candi Mendut.
1. Cakyamuni yang sedang duduk bersila dengan posisi tangan memutar roda dharma.
2. Awalokiteswara sebagai Bodhi Satwa membantu umat manusia
Awalokiteswara merupakan patung amitabha yang berada di atas mahkotanya, Vajrapani. Ia sedang memegang bunga teratai merah yang diletakkan di atas telapak tangan.
3. Maitreya sebagai penyelamat manusia di masa depan
Ada cerita untuk anak-anak pada dinding-dindingnya. Candi ini sering dipergunakan untuk merayakan upacara Waisak setiap Mei pada malam bulan purnama dan dikunjungi para peziarah dari Indonesia maupun manca negara.
Candi ini lebih tua dari Candi Borobudur. Arsitekturnya persegi empat dan mempunyai pintu masuk di atas tangganya. Atapnya juga persegi empat dan bertingkat-tingkat, ada stupa di atasnya.
Candi Mendut disebut juga candi bertuah, karena banyak pasutri yang belum dikaruniai anak memohon ke Dewi Kesuburan. Candi Mendut ini terletak di desa Mendut, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Yaitu terletak 2 KM tenggara ibu kota kabupaten Magelang, dan 3 KM ke arah timur dari Candi Borobudur, serta 1,5 KM ke arah utara dari Candi Pawon. Sehingga Candi Mendut berdekatan dengan Candi Pawon serta Candi Borobudur.
Menurut Maryono (50), salah satu karyawan Dinas Purbakala menceritakan bahwa bangunan Candi Mendut ditemukan pada tahun 1836 dalam keadaan tertimbun semak belukar. Yang dibangun pada abad ke-9 masehi oleh dinasti Syailendra. Pada umumnya candi-candi di Jawa bahkan di Indonesia pintu masuknya menghadap ke timur, tetapi uniknya pintu masuk pada Candi Mendut menghadap ke barat laut. Selain itu dibilik candi terdapat 3 arca dengan ukuran cukup besar, yang masing-masing terbuat dari bongkahan batu utuh, diantaranya yaitu :
1.CAKYAMUNI, yang menghadap ke barat dalam posisi duduk.
2.AWALOKITESWARA, yang menghadap ke selatan dan juga dalam posisi duduk.
Awalokiteswara merupakan Bodhi Satwa membantu umat manusia.
3.MAITREYA, yang menghadap ke utara dengan posisi duduk pula. Maitreya yaitu sebagai penyelamat manusia di masa depan.
Napak Tilas di Candi Mendut
Relief-relief yang terukir indah juga dapat ditemukan dibeberapa dinding Candi Mendut. Misal di sebelah kiri pintu masuk ke bilik candi terlihat relief Hariti. Tergambarkan Hariti sedang duduk sambil memangku anak, di sekelilingnya terdapat beberapa anak yang sedang bermain. Menurut cerita, HARITI awalnya adalah raksasa yang gemar makan manusia. Namun setelah bertemu Sang Budha ia bertobat dan berubah manjadi pelindung anak-anak. Bahkan dikenal dengan Dewi Kesuburan (Fertility Goddes). Karena Dewi Kesuburan itulah barangkali yang mendorong beberapa pasangan yang belum diberi momongan sering ziarah ke Candi Mendut.
Pak Maryono bercerita pernah menemui sepasang pasutri yang berasal dari Jakarta datang dan berdo’a di Candi Mendut, mereka sudah 5 tahun belum juga dikaruniai anak. Tidak berapa lama setelah berdo’a dibilik Candi Mendut tersebut mereka pun mengabarkan telah mendapatkan keturunan.
Ditambahkannya, orang Jepang pernah ada yang berdo’a mohon kesembuhan dari sakit lumpuhnya. Ketika benar-benar sembuh, pada tahun 1985 balik lagi ke Candi Mendut dan membangun prasasti berbahasa Jepang, diletakkan di luar pagar barat Candi Mendut.
0 komentar:
Posting Komentar